TANJUNGPINANG – Kompetisi menulis RDK Award 2025 mencapai puncaknya. Dari 334 naskah yang terkumpul di berbagai kategori, dewan juri akhirnya memilih para penulis terbaik dari tingkat sekolah dasar hingga umum.
Tak sekadar ajang perlombaan, RDK Award menghadirkan sinyalemen kuat, bahwa gairah menulis di Kepulauan Riau ternyata masih hidup dan terus tumbuh, terutama di kalangan pelajar.
Ketua panitia, Nizamul Akhyar, menyebut kualitas karya tahun ini cukup mengejutkan. “Rata-rata peserta di setiap jenjang menunjukkan kemampuan yang rapi dalam penulisan dan terstruktur dalam gagasan. Bahkan dari tingkat SD dan SMP, ada karya yang menunjukkan imajinasi dan kedewasaan berpikir yang di luar dugaan,” katanya saat ditemui di Tanjungpinang, Selasa (30/9)
RDK Award memang lahir dari keprihatinan: minat baca dan menulis di era digital semakin tergerus. Anak-anak lebih sering larut dalam gawai, sementara ruang publikasi untuk tulisan pelajar dan masyarakat masih terbatas.
Karena itu, antusiasme peserta tahun ini dianggap sebagai “titik ledak” untuk menghidupkan kembali budaya literasi di Kepri. “Kami berharap RDK Award bukan setakat lomba sesaat, tetapi jadi hulu dari gerakan menulis yang lebih luas,” tambah Nizamul, yang akrab dipanggil Moel.
Dewan juri dalam catatannya juga menekankan, meski masih banyak keterbatasan dari sisi penyaluran karya—minimnya media publikasi, komunitas menulis yang belum merata—namun semangat menulis para peserta adalah modal berharga yang perlu terus dipupuk.
Tema karya-karya yang masuk cukup beragam, mulai dari mimpi pribadi, surat untuk masyarakat, hingga gagasan besar tentang pembangunan Kepri. Dari tangan siswa SD lahir cerita imajinatif seperti “Dari Blok Menjadi Mimpi” karya Fathan, sementara pelajar SMP menuliskan visi kepemimpinan lokal lewat judul seperti “Andai Aku Menjadi Bupati”.
Di tingkat SMA, gagasan lebih matang: “Bangun Provinsi Kuat Mewujudkan Jiwa yang Sehat” karya Intan Fitria Maharani, atau “Peran Kebijakan Gubernur dalam Mengoptimalkan Penanganan Disparitas” oleh Kharisma Putri Wulandari. Para guru pun tak ketinggalan, menulis refleksi tentang pendidikan, seperti “Guru Hari ini: Tidak Hebat, Tapi Terus Berjuang” karya Paizal Amri.
Sementara dari kategori umum/jurnalis, tulisan-tulisan kritis dan bernas muncul: “Cahaya Inklusi Dari Perbatasan” oleh Muhammad Padli, serta “Menanti Mimpi Lumbung Ikan Terbesar di Indonesia, Dari Laut Kepri untuk Nusantara” oleh Mohammad Ismail.
RDK Award 2025 memperlihatkan bahwa menulis tak lagi kemampuan teknis menuangkan kata-kata, tetapi juga sarana penting membangun kesadaran bersama. Ia menjadi medium pelajar untuk mengungkap mimpi, pendidik untuk berefleksi, dan masyarakat luas untuk menyampaikan kritik serta visi bagi daerah.
Puncak penghargaan RDK Award akan digelar Jumat, 10 Oktober 2025, pukul 19.00 WIB di pelataran Gedung LAM Kepri, Tepilaut Tanjungpinang. Ajang ini diharapkan tidak berhenti pada seremoni penyerahan hadiah, namun juga melahirkan ruang baru bagi para penulis muda Kepri untuk terus berkarya.
“Harapan besar kami, semangat menulis ini menular ke ruang-ruang kelas, ke rumah-rumah, dan ke seluruh kalangan masyarakat. Karena dari menulis, kita belajar berpikir, mengkritisi, dan merawat mimpi,” tutup Moel. (ora)
Berikut daftar pemenang RDK Award 2025:
~ Kategori Sekolah Dasar
- Fathan, SDIT Fajar Ilahi Batu Aji, Dari Blok Menjadi Mimpi
- Fern Nathanaela Christa Tio, SD 001 Tarempa, Cita-Citaku
- Nurin Afiqah Jaslina, SDIT Al Madinah Tanjungpinang, Panggung Dalam Hidupku
- Muhammad Nafis Al Farras, SD Islam Fatih, Pemain Bola
- Arrumaisha, SD Islam De Green Camp, Aku Rumaisha
~ Kategori Sekolah Menengah Pertama
- Charissa Sophia, SMPN I Tanjungpinang, Merajut Asa Membangun Tanjungpinang yang Dirindukan
- Siti Nas’Zira, SMPN 2 Singkep, Surat untuk Masyarakat Tercinta
- Aldio Saputra Pratama, SMPN 3 Bintan, Andai Aku Menjadi Bupati
- Aziza Marwah Kamilla, MTsN Tanjungpinang, Andai Aku Menjadi Walikota
- Yahya Damara Salahuddin, SMP Islam Muhammad Al Faatih, Bupati Bintan
~ Kategori Sekolah Menengah Atas / Sederajat
- Athaya Yumna Lestar, SMAN 3 Batam, Seandainya Saya Gubernur Kepri
- Intan Fitria Maharani, SMAN 7 Tanjungpinang, Bangun Provinsi Kuat Mewujudkan Jiwa yang Sehat
- Nirmala Mayang Seruni, SMKN I Singkep, Seandainya Saya Menjadi Gubernur Kepulauan Riau
- Kharisma Putri Wulandari, SMKN 4 Tanjungpinang, Peran Kebijakan Gubernur dalam Mengoptimalkan Penanganan Disparitas
- Aulia Hamzah, SMA Islam De Green Camp Tanjung, Seandainya Saya Menjadi Gubernur Kepulauan Riau
~ Kategori Pendidik/ Guru
- Angga Adharullah, SMPN 9 Tanjungpinang, Dari Pulau Penyengat, Bahasa dan Sejarah Mengikat
- Ali Imran, SMKN I Singkep, Antara Konten Kapur dan Kurikulum
- Paizal Amri, SMAN 14 Batam, Guru Hari ini: Tidak Hebat, Tapi Terus Berjuang
~ Kategori Jurnalis/Umum
- Muhammad Padli, Natunaloka, Cahaya Inklusi Dari Perbatasan
- Mohammad Ismail, Menanti Mimpi Lumbung Ikan Terbesar di Indonesia, Dari Laut Kepri untuk Nusantara
- Ogen, Kepri Penyumbang Nafas Pariwisata Indonesia






